Melihat kejadian akhir-akhir ini kita pasti bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Indonesia tercinta ini. Jakarta yang dibanggakan terendam, aktivitas ekonomi sosial lumpuh. Manado yang selama ini terkesan aman diterjang dengan banjir bandang yang sangat dahsyat. Jalur tersibuk di Asia Tenggara Pantura Jawa Barat terputus. Daerah-daerah yang ada di sekitar Utara Jawa Barat terendam Banjir. Sekilas bencana hidrologis sudah membuat kita bergidig.
Geologis pun tidak mau kalah, Gunung Sinabung yang sudah empat bulan erupsi belum saja menunjukan keinginan berhenti. Pemerintah daerah dan pusat terkesan tak acuh dengan apa yang terjadi, padahal pengungsi sinabung perlu pencaharian yang selama empat bulan itu hilang. Bagaimana mereka mencari penghasilan sedangkan lahan pertanian mereka tertutup material piroklastik yang keluar terus menerus dari Gunung Sinabung. Empat bulan tidak berpenghasilan menjadi tekanan psikologis yang penduduk Karo rasakan.
Bencana demi bencana kita lalui. Dari semua bencana yang terjadi, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah mentalitas bencana penduduk negara ini. Kita harus sadar bahwa negeri kita negeri bencana. Bencana apa yang tidak ada di negeri kita? semua mungkin akan terjadi, sehingga perlu mental penduduk untuk sadar bahwa kita itu berada di negeri bencana. Mental yang diperlukan bukan hanya mental untuk menghadapi bencana, tapi mental bagaimana ikut membangun agar negeri kita kuat menghadapi bencana. Tidak hanya yang terkena dampak bencana, tapi penduduk yang melihat pun harus mampu berempati dan bersimpati melihat bencana yang terjadi.
Tegar
Semoga saudara kita yang terkena dampak bencana memiliki kekuatan yang lebih dari kita yang hanya menyaksikan liputan itu dari televisi. Penduduk Indonesia telah di didik selama ribuan tahun menghadapi bencana-bencana yang ada. secara naluriah penduduk negeri ini mampu, kuat dan akan bangkit dari semua bencana yang telah dihadapinya. Bangun kembali, membangun apa yang kita semua harapkan dan cita-citakan.
Bantu
Saudara kita butuh bantuan, maka sebisa mungkin membantu sangat diharapkan. Membantu dengan niat tulus, membantu tanpa ada atribut. Tidak hanya dengan materi, namun dengan hati, ucapan dan doa semua penduduk Indonesia dapat membantu.
Allah bersama umatnya yang sabar.(nbs)
Selasa, 21 Januari 2014
Rabu, 01 Januari 2014
Come Back
Sudah lama sekali tidak menulis di blog ini, ternyata masih ada dan masih benar passwordnya, jadi insyallah saya akan berusaha menulis, apa yang menjadi fokus dan perhatian saya. Sudah banyak berubah semenjak saya posting tulisan terakhir hampir enam tahun lalu. Ketika itu saya masih studi di strata 1, namun sekarang kondisi sudah banyak berubah, status sudah berubah, peran dan keseluruhan hidup banyak berubah.
Mungkin akan muncul tulisan-tulisan yang kurang bagus, tapi daripada tidak dipublikasikan lebih baik untuk dicoba di publikasikan. Semoga tulisan yang nanti muncul akan bermanfaat bagi pembaca sekalia. intinya I'm Come Back
SARANA BARU MENUJU BANDUNG : KA CIREMAI
SARANA BARU
MENUJU BANDUNG : KA CIREMAI
Nuansa Bayu Segara
Rangkaian ini meluncur cepat melewati pematang sawah dan
pemukiman khas pantura. Embun pagi mengiringi laju rangkaian gerbong tua yang
dimodifikasi sehingga layak dan nyaman digunakan kembali oleh penumpang kelas
ekonomi. Hijaunya padi menghampar indah menggempur lahan yang dilalui,
diselingi gubuk mungil petani, basah dan bersinar karena sinar surya yang
muncul dari timur memantulkan cahayanya. Sesekali pepohonan rindang melambai
dan pergi tanpa sepatah katapun, berlalu dan meninggalkan kesegaran bagi mata
yang memandang.
Bangunan tua peninggalan kolonial satu persatu dilalui,
dihiasi senyum manis petugas stasiun yang menggunakan topi khas merah bergaris
kuning bulat yang sedikit menjulang keatas. Stasiun-stasiun kecil itu sekarang
tersnyum berseri karena tak tampak lagi sampah pedagang kumal berlalu lalang
disekitarnya. Wajah baru stasiun-stasiun Indonesia yang semakin lama berias
diri agar lebih menampakan wajah ayunya.
Pramugara kereta berlalu menawarkan sarapan pagi dan minuman
hangat. Setelan kemeja abu dan dasi biru menghiasi leher mereka, sebagian dari
mereka memakai rompi coklat yang stylish, seperti roomboy di hotel bintang
lima. Rambut mereka diminyaki oleh gel sehingga mengkilap dan terlihat selalu
basah. Semangat mereka melayani penumpang kelas Ekonomi AC tidak akan dijumpai
beberapa tahun yang lalu. Ramah, penuh senyum dengan wajah bersahabat
seolah-olah selalu berkata “ apa yang bisa saya lakukan untuk anda?”.
Kini rangkaian cepat ini melewati empang yang besar dan
banyak, beberapa empang cukup terisi volume airnya. Dipinggir empang
terlihat saung yang mengamati setiap hal yang terjadi disekitarnya. Air yang
hijau tua menghiasi setiap empang besar itu, dengan penghuni musiman, ikan mas
dan gurame yang sangat terkenal karena berasal dari Subang. Samar terlihat di
Selatan empang-empang itu gundukan tanah yang menjulang besar, beberapa
pegunungan selatan tampak gagah mengamati laju rangkaian kereta ini. Tangkuban
parahu, Bukit Tunggul bergaya dibalik kabut pagi yang basah dan sejuk. Seolah-olah
mereka menyatakan “kami baik-baik saja disini kawan, kalian tenang saja dan
lanjutkan kehidupan kalian”.
Perjalanan menuju Bandung kali ini berbeda dengan biasanya,
yang lalu jam dua pagi dijemput dengan travel di rumah, namun kali ini
menggunakan rangkaian kereta baru, KA Ciremai. Alternatif baru yang ditawarkan
oleh PT KAI kepada penduduk Cirebon dan Bandung untuk bermobilisasi di dua kota
ini. Gerbong yang digunakan terdiri dari dua kelas, eksekutif dan ekonomi AC.
Cukup nyaman untuk sebuah kelas ekonomi, dengan kursi yang empuk dilengkapi
dengan AC juga lantai yang bersih, KA Ciremai layak dijadikan alternatif utama
menuju Bandung.
KA Ciremai melewati jalur utara dan berganti jalur selatan
ketika berada di Cikampek, sehingga kereta ini seperti maju dan mundur. Ketika
di Cirebon menuju Cikampek duduk menghadap dengan kereta berjalan, tapi ketika
di Cikampek menuju Bandung maka arah laju kereta akan membelakangi tempat duduk
yang sama kita duduki dari Cirebon menuju Cikampek.
Seiring meningkatnya perkembangan mobilitas antara Cirebon
dan Bandung kebutuhan transportasi juga semakin meningkat. Sebetulnya banyak
pilihan transportasi antara Bandung dan Cirebon. Dahulu waktu tempuh untuk
melintasi jalur ini membutuhkan waktu 3,5 jam menggunakan mobil pribadi dan 4
jam menggunakan Bus Umum, itu hanya masa lalu. Saat ini menggunakan mobil
pribadi membutuhkan waktu 5 jam dan menggunakan Bus 6-7 jam perjalanan dari dua
terminal kota ini. tidak hanya sarana jalan saja yang menjadi kendala, tapi
memang jalur Cirebon Bandung saat ini ramai dengan lalu lalang kendaraan, baik
itu kendaraan besar, kendaraan pribadi bahkan sepeda motor sehingga laju
kendaraan melambat dan waktu yang dibutuhkan jauh lebih lama dari waktu normal.
(Perjalanan Panitia PLPG Rayon 110 UPI)
Langganan:
Postingan (Atom)