SARANA BARU
MENUJU BANDUNG : KA CIREMAI
Nuansa Bayu Segara
Rangkaian ini meluncur cepat melewati pematang sawah dan
pemukiman khas pantura. Embun pagi mengiringi laju rangkaian gerbong tua yang
dimodifikasi sehingga layak dan nyaman digunakan kembali oleh penumpang kelas
ekonomi. Hijaunya padi menghampar indah menggempur lahan yang dilalui,
diselingi gubuk mungil petani, basah dan bersinar karena sinar surya yang
muncul dari timur memantulkan cahayanya. Sesekali pepohonan rindang melambai
dan pergi tanpa sepatah katapun, berlalu dan meninggalkan kesegaran bagi mata
yang memandang.
Bangunan tua peninggalan kolonial satu persatu dilalui,
dihiasi senyum manis petugas stasiun yang menggunakan topi khas merah bergaris
kuning bulat yang sedikit menjulang keatas. Stasiun-stasiun kecil itu sekarang
tersnyum berseri karena tak tampak lagi sampah pedagang kumal berlalu lalang
disekitarnya. Wajah baru stasiun-stasiun Indonesia yang semakin lama berias
diri agar lebih menampakan wajah ayunya.
Pramugara kereta berlalu menawarkan sarapan pagi dan minuman
hangat. Setelan kemeja abu dan dasi biru menghiasi leher mereka, sebagian dari
mereka memakai rompi coklat yang stylish, seperti roomboy di hotel bintang
lima. Rambut mereka diminyaki oleh gel sehingga mengkilap dan terlihat selalu
basah. Semangat mereka melayani penumpang kelas Ekonomi AC tidak akan dijumpai
beberapa tahun yang lalu. Ramah, penuh senyum dengan wajah bersahabat
seolah-olah selalu berkata “ apa yang bisa saya lakukan untuk anda?”.
Kini rangkaian cepat ini melewati empang yang besar dan
banyak, beberapa empang cukup terisi volume airnya. Dipinggir empang
terlihat saung yang mengamati setiap hal yang terjadi disekitarnya. Air yang
hijau tua menghiasi setiap empang besar itu, dengan penghuni musiman, ikan mas
dan gurame yang sangat terkenal karena berasal dari Subang. Samar terlihat di
Selatan empang-empang itu gundukan tanah yang menjulang besar, beberapa
pegunungan selatan tampak gagah mengamati laju rangkaian kereta ini. Tangkuban
parahu, Bukit Tunggul bergaya dibalik kabut pagi yang basah dan sejuk. Seolah-olah
mereka menyatakan “kami baik-baik saja disini kawan, kalian tenang saja dan
lanjutkan kehidupan kalian”.
Perjalanan menuju Bandung kali ini berbeda dengan biasanya,
yang lalu jam dua pagi dijemput dengan travel di rumah, namun kali ini
menggunakan rangkaian kereta baru, KA Ciremai. Alternatif baru yang ditawarkan
oleh PT KAI kepada penduduk Cirebon dan Bandung untuk bermobilisasi di dua kota
ini. Gerbong yang digunakan terdiri dari dua kelas, eksekutif dan ekonomi AC.
Cukup nyaman untuk sebuah kelas ekonomi, dengan kursi yang empuk dilengkapi
dengan AC juga lantai yang bersih, KA Ciremai layak dijadikan alternatif utama
menuju Bandung.
KA Ciremai melewati jalur utara dan berganti jalur selatan
ketika berada di Cikampek, sehingga kereta ini seperti maju dan mundur. Ketika
di Cirebon menuju Cikampek duduk menghadap dengan kereta berjalan, tapi ketika
di Cikampek menuju Bandung maka arah laju kereta akan membelakangi tempat duduk
yang sama kita duduki dari Cirebon menuju Cikampek.
Seiring meningkatnya perkembangan mobilitas antara Cirebon
dan Bandung kebutuhan transportasi juga semakin meningkat. Sebetulnya banyak
pilihan transportasi antara Bandung dan Cirebon. Dahulu waktu tempuh untuk
melintasi jalur ini membutuhkan waktu 3,5 jam menggunakan mobil pribadi dan 4
jam menggunakan Bus Umum, itu hanya masa lalu. Saat ini menggunakan mobil
pribadi membutuhkan waktu 5 jam dan menggunakan Bus 6-7 jam perjalanan dari dua
terminal kota ini. tidak hanya sarana jalan saja yang menjadi kendala, tapi
memang jalur Cirebon Bandung saat ini ramai dengan lalu lalang kendaraan, baik
itu kendaraan besar, kendaraan pribadi bahkan sepeda motor sehingga laju
kendaraan melambat dan waktu yang dibutuhkan jauh lebih lama dari waktu normal.
(Perjalanan Panitia PLPG Rayon 110 UPI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar