Rabu, 01 Januari 2014

SARANA BARU MENUJU BANDUNG : KA CIREMAI


SARANA BARU MENUJU BANDUNG : KA CIREMAI

Nuansa Bayu Segara

Rangkaian ini meluncur cepat melewati pematang sawah dan pemukiman khas pantura. Embun pagi mengiringi laju rangkaian gerbong tua yang dimodifikasi sehingga layak dan nyaman digunakan kembali oleh penumpang kelas ekonomi. Hijaunya padi menghampar indah menggempur lahan yang dilalui, diselingi gubuk mungil petani, basah dan bersinar karena sinar surya yang muncul dari timur memantulkan cahayanya. Sesekali pepohonan rindang melambai dan pergi tanpa sepatah katapun, berlalu dan meninggalkan kesegaran bagi mata yang memandang.
Bangunan tua peninggalan kolonial satu persatu dilalui, dihiasi senyum manis petugas stasiun yang menggunakan topi khas merah bergaris kuning bulat yang sedikit menjulang keatas. Stasiun-stasiun kecil itu sekarang tersnyum berseri karena tak tampak lagi sampah pedagang kumal berlalu lalang disekitarnya. Wajah baru stasiun-stasiun Indonesia yang semakin lama berias diri agar lebih menampakan wajah ayunya.
Pramugara kereta berlalu menawarkan sarapan pagi dan minuman hangat. Setelan kemeja abu dan dasi biru menghiasi leher mereka, sebagian dari mereka memakai rompi coklat yang stylish, seperti roomboy di hotel bintang lima. Rambut mereka diminyaki oleh gel sehingga mengkilap dan terlihat selalu basah. Semangat mereka melayani penumpang kelas Ekonomi AC tidak akan dijumpai beberapa tahun yang lalu. Ramah, penuh senyum dengan wajah bersahabat seolah-olah selalu berkata “ apa yang bisa saya lakukan untuk anda?”.
Kini rangkaian cepat ini melewati empang yang besar dan banyak, beberapa empang cukup terisi volume airnya. Dipinggir empang terlihat saung yang mengamati setiap hal yang terjadi disekitarnya. Air yang hijau tua menghiasi setiap empang besar itu, dengan penghuni musiman, ikan mas dan gurame yang sangat terkenal karena berasal dari Subang. Samar terlihat di Selatan empang-empang itu gundukan tanah yang menjulang besar, beberapa pegunungan selatan tampak gagah mengamati laju rangkaian kereta ini. Tangkuban parahu, Bukit Tunggul bergaya dibalik kabut pagi yang basah dan sejuk. Seolah-olah mereka menyatakan “kami baik-baik saja disini kawan, kalian tenang saja dan lanjutkan kehidupan kalian”.
Perjalanan menuju Bandung kali ini berbeda dengan biasanya, yang lalu jam dua pagi dijemput dengan travel di rumah, namun kali ini menggunakan rangkaian kereta baru, KA Ciremai. Alternatif baru yang ditawarkan oleh PT KAI kepada penduduk Cirebon dan Bandung untuk bermobilisasi di dua kota ini. Gerbong yang digunakan terdiri dari dua kelas, eksekutif dan ekonomi AC. Cukup nyaman untuk sebuah kelas ekonomi, dengan kursi yang empuk dilengkapi dengan AC juga lantai yang bersih, KA Ciremai layak dijadikan alternatif utama menuju Bandung.
KA Ciremai melewati jalur utara dan berganti jalur selatan ketika berada di Cikampek, sehingga kereta ini seperti maju dan mundur. Ketika di Cirebon menuju Cikampek duduk menghadap dengan kereta berjalan, tapi ketika di Cikampek menuju Bandung maka arah laju kereta akan membelakangi tempat duduk yang sama kita duduki dari Cirebon menuju Cikampek.
Seiring meningkatnya perkembangan mobilitas antara Cirebon dan Bandung kebutuhan transportasi juga semakin meningkat. Sebetulnya banyak pilihan transportasi antara Bandung dan Cirebon. Dahulu waktu tempuh untuk melintasi jalur ini membutuhkan waktu 3,5 jam menggunakan mobil pribadi dan 4 jam menggunakan Bus Umum, itu hanya masa lalu. Saat ini menggunakan mobil pribadi membutuhkan waktu 5 jam dan menggunakan Bus 6-7 jam perjalanan dari dua terminal kota ini. tidak hanya sarana jalan saja yang menjadi kendala, tapi memang jalur Cirebon Bandung saat ini ramai dengan lalu lalang kendaraan, baik itu kendaraan besar, kendaraan pribadi bahkan sepeda motor sehingga laju kendaraan melambat dan waktu yang dibutuhkan jauh lebih lama dari waktu normal.

(Perjalanan Panitia PLPG Rayon 110 UPI)

Tidak ada komentar: